TEORI-TEORI MOTIVASI
TEORI
MOTIVASI MENURUT PARA AHLI
TEORI MC
GREGOR
Teori X dan Teori Y adalah teori motivasi manusia diciptakan dan dikembangkan oleh Douglas McGregor di Sloan School of Management MIT pada tahun 1960 yang telah digunakan dalam manajemen sumber daya manusia, perilaku organisasi, komunikasi organisasi dan pengembangan organisasi.
Teori ini diungkapkan oleh Douglas McGregor yang mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep manajemen partisipasi. Konsep terkenal dengan menggunakan asumsi-asumsi sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai gaya kepemimpinan otoriter dan sebaliknya, seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratik. Untuk kriteria karyawan yang memiliki tipe teori X adalah karyawan dengan sifat yang tidak akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya karyawan yang memiliki tipe teori Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari atasannya. Tipe Y ini adalah tipe yang sudah menyadari tugas dan tanggung jawab pekerjaannya.
TEORI ABRAHAM
MASLOW
Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan hidup yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang masa hidupnya. Lima tingkatan yang dapat membedakan setiap manusia dari sisi kesejahteraan hidupnya, teori yang telah resmi di akui dalam dunia psikologi.
Kebutuhan tersebut berjenjang dari
yang paling mendesak hingga yang akan muncul dengan sendirinya saat kebutuhan
sebelumnya telah dipenuhi. Setiap orang pasti akan melalui tingkatan-tingkatan
itu, dan dengan serius berusaha untuk memenuhinya, namun hanya sedikit yang
mampu mencapai tingkatan tertinggi dari piramida ini.
Lima tingkat
kebutuhan dasar menurut teori Maslow adalah sebagai berikut (disusun dari yang
paling rendah) :
1. Kebutuhan
Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan
Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan semacamnya.
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan semacamnya.
3. Kebutuhan
Sosial
Misalnya adalah : Memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
Misalnya adalah : Memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan
Penghargaan
Dalam kategori ini dibagi menjadi dua jenis, Eksternal dan Internal.
– Sub kategori eksternal meliputi : Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
– Sedangkan sub kategori internal sudah lebih tinggi dari eskternal, pribadi tingkat ini tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya.
Dalam kategori ini dibagi menjadi dua jenis, Eksternal dan Internal.
– Sub kategori eksternal meliputi : Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
– Sedangkan sub kategori internal sudah lebih tinggi dari eskternal, pribadi tingkat ini tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya.
5. Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Berdasarkan hasil analisis tersebut, Maslow menyusun sejumlah kualifikasi yang mengindikasikan karakteristik pribadi-pribadi yang telah beraktualisasi :
Berdasarkan hasil analisis tersebut, Maslow menyusun sejumlah kualifikasi yang mengindikasikan karakteristik pribadi-pribadi yang telah beraktualisasi :
1. Memusatkan
diri pada realitas (reality-centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan
mampu melihat persoalan secara jernih, bebas dari bias.
2. Memusatkan
diri pada masalah (problem-centered), yakni melihat persoalan hidup sebagai
sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
3.
Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri serta
tidak berpura-pura.
4. Otonomi
pribadi, memiliki rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai kesendirian
dan menikmati hubungan persahabatan dengan sedikit orang namun bersifat
mendalam.
5. Penerimaan
terhadap diri dan orang lain. Mereka memberi penilaian tinggi pada
individualitas dan keunikan diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain
orang-orang yang telah beraktualisasi diri lebih suka menerima anda apa adanya
ketimbang berusaha mengubah anda.
6. Rasa humor
yang ‘tidak agresif’ (unhostile). Mereka lebih suka membuat lelucon yang
menertawakan diri sendiri atau kondisi manusia secara umum (ironi), ketimbang
menjadikan orang lain sebagai bahan lawakan dan ejekan.
7.
Kerendahatian dan menghargai orang lain (humility and respect)
8. Apresiasi
yang segar (freshness of appreciation), yakni melihat sesuatu dengan sudut
pandang yang orisinil, berbeda dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang
membuat orang-orang yang telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang
kreatif dan mampu menciptakan sesuatu yang baru.
9. Memiliki
pengalaman spiritual yang disebut Peak experience.
TEORI MC CLELLAND
Teori
kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David McClelland dan kawan- kawannya.
Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu :
Kebutuhan
akan Prestasi : Dorongan untuk berprestasi dan mengungguli.
Kebutuhan
akan Kekuasaan : kebutuhan untuk memebuat orang lain berprilaku dalam suatu
cara yang orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berprilaku demikian.
Kebutuhan
akan afiliasi : Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
Beberapa
orang mempunyai dorongan yang kuat sekali untuk berhasil. Mereka bergulat untuk
prestasi pribadi bukannya untuk ganjaran suskes itu semata-mata. Mereka
mempunyai hasrat untuk melakukan sesuatu denganlebih baik atau lebih efisien
daripada yang telah dilakukan sebelumnya.
Selanjutnya, David McClelland
(Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan 6 (enam) karakteristik orang yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu : (1) Memiliki tingkat tanggung
jawab pribadi yang tinggi, (2) Berani mengambil dan memikul resiko, (3)
Memiliki tujuan realistik, (4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan
berjuang untuk merealisasikan tujuan, (5) Memanfaatkan umpan balik yang konkrit
dalam semua kegiatan yang dilakukan, dan (6) Mencari kesempatan untuk
merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Edward Murray (Mangkunegara,
2005:68-67) berpendapat bahwa karakteristik orang yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi adalah sebagai berikut : (1) Melakukan sesuatu dengan
sebaik-baiknya, (2) Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan, (3)
Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan, (4)
Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu, (5)
Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan, (6) Mengerjakan sesuatu
yang sangat berarti, dan (7) Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain.
TEORI HEZBERG
Teori Dua Faktor (juga dikenal sebagai teori motivasi Herzberg atau teori hygiene-motivator). Teori ini dikembangkan oleh Frederick Irving Herzberg (1923-2000), seorang psikolog asal Amerika Serikat. Ia dianggap sebagai salah satu pemikir besar dalam bidang manajemen dan teori motivasi.
Frederick Herzberg menyatakan bahwa
ada faktor-faktor tertentu di tempat kerja yang menyebabkan kepuasan kerja,
sementara pada bagian lain ada pula faktor lain yang menyebabkan ketidakpuasan.
Dengan kata lain kepuasan dan ketidakpuasan kerja berhubungan satu sama
lain.Faktor-faktor tertentu di tempat kerja tersebut oleh Frederick Herzberg
diidentifikasi sebagai hygiene factors (faktor kesehatan)
dan motivation factors (faktor pemuas).
Dua faktor ini oleh Frederick
Herzberg dialamatkan kepada faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, dimana
faktor intrinsik adalah faktor yang mendorong karyawan termotivasi, yaitu daya
dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik
yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari
organisasi tempatnya bekerja.
Teori ini merupakan pengembangan
dari teori hirarki kebutuhan Maslow. Dan juga
berhubungan erat dengan teori tiga faktor sosial McClelland.
Hygiene Factors
Hygiene
factors (faktor kesehatan) adalah faktor pekerjaan yang penting untuk
adanya motivasi di tempat kerja. Faktor ini tidak mengarah pada kepuasan
positif untuk jangka panjang. Tetapi jika faktor-faktor ini tidak hadir, maka
muncul ketidakpuasan. Faktor ini adalah faktor ekstrinsik untuk bekerja. Faktor
higienis juga disebut sebagai dissatisfiers atau faktor pemeliharaan yang
diperlukan untuk menghindari ketidakpuasan. Hygiene factors (faktor
kesehatan) adalah gambaran kebutuhan fisiologis individu yang diharapkan untuk
dipenuhi.Hygiene factors (faktor kesehatan) meliputi gaji, kehidupan
pribadi, kualitas supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar
pribadi, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan.
Motivation Factors
Menurut
Herzberg, hygiene factors (faktor kesehatan) tidak dapat dianggap
sebagai motivator. Faktor motivasi harus menghasilkan kepuasan positif.
Faktor-faktor yang melekat dalam pekerjaan dan memotivasi karyawan untuk sebuah
kinerja yang unggul disebut sebagai faktor pemuas. Karyawan hanya menemukan
faktor-faktor intrinsik yang berharga pada motivation factors (faktor
pemuas). Para motivator melambangkan kebutuhan psikologis yang dirasakan
sebagai manfaat tambahan. Faktor motivasi dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup
keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan pertumbuhan
dalam pekerjaan.
Referensi :
https://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/teori-motivasi-herzberg-dan-mcclelland/
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_X_dan_teori_Y
http://perilakuorganisasi.com/teori-dua-faktor.html
http://www.praswck.com/teori-kebutuhan-abraham-maslow
http://www.praswck.com/aktualisasi-diri-menurut-abraham-maslow
https://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/teori-motivasi-herzberg-dan-mcclelland/
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_X_dan_teori_Y
http://perilakuorganisasi.com/teori-dua-faktor.html
http://www.praswck.com/teori-kebutuhan-abraham-maslow
http://www.praswck.com/aktualisasi-diri-menurut-abraham-maslow